Assalamua'laikum.... kali ini saya akan menulis tentang terapi menggunakan pendekatak psikoanalisis.. Yuk kita mulai,
Dunia terapi memiliki berbagai macam
pendekatan yang dapat dijadikan acuan dasar pada semua praktik terapi. Teori
mengenai psikoterapi merupakan landasan dasar terbentuknya terapi yang efektif.
Masing-masing teori tentu saja dikemukakan oleh ahli yang berbeda sehingga
penerapan dari pendekatan yang digunakan juga akan terlihat berbeda. Terapi
dengan pendekatan psikoanalisa dirintis oleh tokoh yang bernama Sigmund Freud.
Freud lahir di Wina pada tahun 1856.
Teori psikoanalitik Sigmund Freud adalah salah satu aliran utama dalam
sejarah psikologi. Psikoanalisis merupakan sebuah model perkembangan
dari kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode
psikoterapi.
Secara historis ada 3 aliran utama psikoanalisis, yaitu:
1. Psikoanalisis
2. Behaviorisme
3. Psikologi eksistensial-humanistik
Secara historis ada 3 aliran utama psikoanalisis, yaitu:
1. Psikoanalisis
2. Behaviorisme
3. Psikologi eksistensial-humanistik
Sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktik psikoanalitik adalah:
- Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia.
- Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tidak sadar.
- Perkembangan pada masa anak-anak memiliki pengaruh yang besar terhadap kepribadian dimasa dewasa.
- Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghinari luapan dari kecemasan.
- Pendekatan psikoanalitik sudah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis dari mimpi, resistensi, dan transferensi.
Aplikasi Teknik
Psikoanalisa
Corey dalam Lubis (2011) mengatakan
bahwa teknik terapi psikoanalisa adalah untuk meningkatkan kesadaran, memperoleh
insight, dan memahami arti dari simtom-simtom
yang dirasakan oleh klien. Proses terapi selesai ketika tujuan-tujuannya telah
tercapai yaitu memperoleh pemahaman intelektual dan emosional dimana hal
tersebut diharapkan dapat mengubah kepribadian. 5 teknik dasar dari terapi
psikoanalitik terdiri dari:
1. Asosiasi
Bebas
Asosiasi bebas adalah teknik yang memberi kebebasan pada klien
untuk mengatakan apa saja perasaan, pemikiran, dan renungan yang ada dalam
pikirannya tanpa ada yang disembunyikan. Melalui teknik ini, klien diharapkan
mampu melepaskan emosi yang berkaitan dengan pengalaman traumatik di masa lau
yang terpendam (katarsis). Katarsis inilah yang mendorong klien memperoleh
pemahaman dan evaluasi diri yang lebih objektif. Tugas terapis disini adalah
memahami hal-hal yang di represi dan hanyut ke alam bawah sadar. Selanjutnya
terapis akan menafsirkan hal tersebut dan menyampaikannya pada klien. Setelah
itu, membimbing ke arah pemahaman dinamika kepribadian yang tidak disadari oleh
klien.
2. Analisis
Mimpi
Freud menilai mimpi sebagai jalan istimewa menuju
ketidaksadaran karena melalui mimpi, hasrat, kebutuhan dan ketakutan yang di
pendam akan mudah diungkapkan. Pada saat klien tidur, pertahanan egonya akan
melemah sehingga perasaan yang ditekan akan muncul ke alam sadar. Analisis
mimpi memungkinkan terapis untuk mengetahui masalah-masalah yang tidak terselesaikan
oleh klien. Pada dasarnya mimpi memiliki 2 taraf isi, yaitu isi laten dan isi
manifes. Isi laten terdiri dari motif yang disamarkan, tersembunyi dan bersifat
simbolik karena terlalu menyakitkan dan mengancam seperti dorongan seksual dan
agresif. Sementara itu, isi manifes terdiri dari bentuk mimpi yang tampil dalam
impian klien. Tugas terapis disini adalah menyingkap makna yang disamarkan
dengan mempelajari simbol-simbol dari isi manifes mimpi, sehingga dapat
diketahui isi laten klien.
3. Analisis
Resistensi
Resistensi dipandang oleh Freud sebagai pertahanan
klien terhadap kecemasan yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan
dan perasaan yang direpresinya. Hal ini akan menghambat terapis dan klien
memperoleh pemahaman dinamika ketidaksadaran klien. Jika terjadi resistensi, terapis
harus membangkitkan perhatian klien dan menafsirkan resistensi yang paling
terlihat untuk mengurangi kemungkinan klien menolak penafsiran. Resistensi
dapat menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih memuaskan
sehingga sebisa mungkin terapis harus dapat memberi pemahaman pada klien agar
membuka tabir resistensinya.
4. Analisis
Transferensi
Transferensi merupakan reaksi klien yang melihat
terapis sebagai orang yang paling dekat dan penting dalam hidupnya di masa
lalu. Sebagian besar terapis akan mengembangkan neurosis transferensi yang
dialami klien di lima tahun pertama kehidupannya. Untuk itu terapis harus
melakukannya secara netral, objektif, anonim dan pasif. Teknik ini akan
mendorong klien menghidupkan kemabali masa lalunya sehingga memberi pemahaman
pada klien mengenai pengaruh masa lalunya terhadap kehidupannya saat ini.
Melalui transferensi, klien juga mampu menyadari konflik masa lalu yang masih
dipertahankannya sampai sekarang.
5. Interpretasi
(Penafsiran)
Interpretasi merupakan prosedur dasar yang mencakup
analisis terhadap asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, dan
analisis transferensi. Terapis akan menyampaikan sekaligus memberi pemahaman
pada klien mengenai makna dari tingkah laku klien yang dimanifestasikan melalui
keempat teknik psikoanalisis tersebut. Tujuan dari penafsiran ini adalah agar
mendororng ego klien untuk megasimilasi hal-hal baru dan mempercepat proses
penyingkapan hal-hal yang tidak disadari. Penafsiran harus disampaikan pada
saat yang tepat agar dapat diterima klien sebagai bagian dari dirinya. Apabila
disampaikan terlalu cepat, kemungkinan klien akan melakukan penolakan, tetapi
apabila penafsiran jarang dilakukan, kemungkinan klien akan sulit memperoleh insight atas masalahnya.
Terapi
dengan pendekatan psikoanalisa ini tidak terlalu tepat jika digunakan pada
orang-orang yang ingin berfungsi sepenuhnya atau ingin mencapai aktualisasi
diri, artinya tidak terlalu tepat bagi orang-orang sudah dalam keadaan baik,
yang berkeinginan untuk menjadi lebih baik lagi. Orang-orang yang ingin
beraktualisasi diri akan lebih baik apabila menjalani konseling dengan
pendekatan humanistik dan eksistensial. Untuk terapi dengan pendekatan
Psikoanalisa akan lebih tepat untuk klien-klien yang memiliki masalah berat
sampai ringan, mulai dari masalah-masalah abnormal sampai pada masalah ringan,
seperti putus cinta, trauma, dan lain-lain.
Reference:
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Lubis, Lumongga Namora. (2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
http://xihuanpsychology.blogspot.com/2013/03/terapi-dengan-pendekatan-psikoanalisa.html (diakses pada 20 april 2015)
Rifdaturahmi
16512334
3PA01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar