III. Kegelisahan
III.1 Pengertian Kegelishan
Kegelisahan tidak lain adalah
reaksi natural psikologis dan phisiologis akibat ketegangan saraf dan
kondisi-kondisi kritis atau tidak menyenangkan. Pada masing-masing orang
terdapat reaksi yang berbeda dengan yang lain, tergantung faktor-faktornya, dan
itu wajar. Adapun bahwa manusia selalu merasa gelisah hingga membuatnya
mengeluarkan keringat dingin, jantungnya berdetak sangat kencang, tekanan
darahnya naik pada kondisi apa pun; maka ini sebenarnya sudah melewati batas
rasional.
Sebenarnya terdapat
“kegelisahan” yang dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat dalam menghadapi
tantangan, untuk menjaga keseimbangan dinamika internal atau untuk meneguhkan
diri, bahkan untuk menggapai ketenangan jiwa—yang merupakan tujuan setiap
manusia—dan untuk meraih kesuksesan dalam mengarungi kehidupan.
Sedangkan “kegelisahan negatif”
(al-qalq as-salabîy) adalah kegelisahan yang berlebih-lebihan, atau
yang melewati batas, yaitu kegelisahan yang berhenti pada titik merasakan
kelemahan, di mana orang yang mengalaminya sama sekali tidak bisa melakukan perubahan
positif atau langkah-langkah konkret untuk berubah atau mencapai tujuan yang
diinginkan, yaitu kegelisahan dalam ‘menanti-nanti’ sesuatu yang tidak jelas
atau tidak ada.
“Kegelisahan positif” merupakan
dasar kehidupan atau sebagai kesadaran yang dapat menjadi spirit dalam
memecahkan banyak permasalahan, atau sebagai tanda peringatan, kehati-hatian
dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya atau hal-hal yang datang secara
tiba-tiba dan tak terduga.
Menurut
Sigmund Freud, ahli psikoanalisa berpendapat bahwa ada tiga macam kecemasan
atau kegelisahan yang menimpa manusia yaitu:
- Kegelisahan Objektif
adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan
atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam
lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya
dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa
seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat
dengan benda-benda tertentu atau dalam keadaan tertentu dari lingkungan.
- Kegelisahan Neoritis
timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah.
Menurut Sigmund Freud kecemasan ini dibagi tiga macam yakni; kecemasan yang
timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, bentuk ketakutan yang
irasional (phobia), dan rasa takut lain karena gugup, gagap dan sebaganya.
- Kegelisahan Moril
disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki
bermacam-macam emosi antara lain: rasa iri, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa
kurang. Semua itu merupakan sebagian dari pernyataan individu secara
keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Sikap seperti itu sering
membuat orang merasa khawatir, cemas, takut, gelisah dan putus asa. Bila dikaji
sebab-sebab orang gelisah adalah karena hakekatnya orang takut kehilangan
hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari dalam
maupun dari luar.
III.2 Kegelisahan Pada Anak
Kegelisahan dapat menyerang siapapun. bahkan
jabang bayi yang masih didalam rahim bisa terkena dampak dari ibunya yang
mengalami kegelisahan. Efek tidak baik dari kegelisahan akan dibawa hingga bayi
tumbuh menjadi anak-anak, remaja,, hingga orang dewasa.
Anak-anak yang menunjukkan gejala-gejala kegelisahan
harus segera diperhatikan dan mendapat tindakan yang benar. Kegelisahan yang
menghampiri si kecil bisa dipicu oleh sejumlah hal, seperti hubungan orang tua
yang kurang harmonis, pola asuh yang salah, kurangnya asupan gizi, dan
kelelahan.
Kegelisahan yang dipicu ketidakharmonisan hubungan orang
tua awalnya berupa ketakutan pada anak. Orang tua yang sering bertengkar atau
bahkan bercerai bisa mengundang rasa tak aman dan kegelisahan pada anak.
Ketidaknyamanan ini terekam dalam memori anak dan bisa membuatnya menepi dari
pergaulan dengan teman sebayanya. Anak menjadi minder, sensitif, atau sulit
berkonsentrasi.
Namun, orang tua yang akur pun bisa membuka peluang
kegelisahan pada anak bila melakukan pola asuh yang tak sesuai. Semisal,
orangtua memberi kebebasan pada si anak begitu besar meski belum mampu membuat
keputusan. Pola asuh yang bersifat permisif ini cenderung membiarkan anak saat
berbuat salah. Akibat kebebasan yang dominan, anak tak siap bila berbenturan
dengan kondisi yang tak sesuai dengan keinginannya. Ia pun bersikap gelisah.
Sebaliknya, pola asuh yang mengekang kebebasan anak dan
memaksanya untuk tunduk pada perintah orangtua dapat meremas hati si kecil. Ia
akan merasakan tekanan batin yang berakibat turunnya kepercayaan diri, rasa
cemas, dan takut yang berlebihan, serta bisa-bisa mengidap perilaku antisosial.
Pola asuh yang otoriter ini jelas berpotensi membuat anak-anak stres.
Makanan juga berpengaruh pada kondisi kejiwaan anak.
Asupan gizi yang kurang dapat berakibat menurunkan kinerja otak sehingga anak
sulit mengembangkan penalarannya. Ini bisa menyebabkan anak selalu merasakan
kebuntuan dalam berpikir. Begitu pula dengan makanan siap saji dan berkalori tinggi.
Gizi yang cukup dan seimbang amat baik untuk mencegah anak dari serangan stres.
Faktor pengundang kegelisahan pada anak selanjutnya
adalah kelelahan. Meski anak sedang menikmati masa liburan, sebaiknya orangtua
memperhatikan aktifitas fisiknya. Waktu tidur bagi anak-anak harus benar-benar
cukup. Kurang tidur dapat menyebabkan anak-anak mudah emosi dan kinerja
pikirannya tidak stabil. Ini akan berlanjut pada stres.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar